The 20th Long Road To Java : The Normal Tour (3)

Perjalanan Bagian 3 : Surakarta – Jogjakarta – Magelang

Homo proponit, sed Deus disponit

26 Februari 2022

Alarm jam sudah disetel pada pukul 04.00 WIB, maksudnya supaya tidak bangun kesiangan akibat terlalu pulas tidur di lantai 10 Swissbelhotel Gilingan, Surakarta (yup..gedung tingkat menjulang  di dekat Terminal Tirtonadi). Namun, yang terjadi adalah alarm jam keburu dimatiin karena udah kebangun duluan.

Agenda perjalanan hari ini sebenarnya agak diluar kebiasaan kala ber-“Bis-Bisan Ke Surakarta”, namun tetap menjadi hal yang “Normal” bagi para Bismania : Touring Surakarta – Jogjakarta bersama bus “Suroboyoan”. Ya, bus jurusan Surabaya – Jogjakarta. Alasan nya sederhana saja : Waktu Tempuh dan Kecepatan. Bus Suroboyoan ini dipilih karena waktu yang ditempuh cenderung jauh lebih cepat dibandingkan dengan bus ‘lokal’ Surakarta – Jogjakarta yang cenderung banyak ngetem di setiap ‘halte’ dan terminal kecil.

Saya memasuki Terminal Tirtonadi melalui pintu timur, sambil berharap menemukan penjual Arem-Arem yang enak dan padat, namun tampaknya pagi itu ia belum datang. Dan nampaknya penjual tersebut lebih banyak terdapat di pintu timur, sementara di pintu barat saya tidak menemukan penjual asongan di pagi itu. Berbekal logistik minuman dan sekaleng susu, saya berpindah menuju tempat dimana penumpang yang mengincar “Bus Suroboyoan” menunggu. Sementara di Jalur keberangkatan bus jurusan Jogjakarta kala itu hanya diisi oleh Bus AC ¾ Langsung Jaya.

Kurang lebih sekitar jam 5.30 datanglah Bus Sugeng Rahayu W7218UP jurusan Jogjakarta. Saya bergegas naik dan ternyata masih ada bangku kosong di barisan depan. Saya duduk di bangku 3 (sebelah kanan), dibelakang sopir, bersama seorang penumpang yang masih tertidur pulas. Tidak butuh waktu lama, bus keluar terminal dan melanjutkan perjalanan menuju Jogjakarta. Setelah ditarik karcis sekitar IDR 17 ribu , saya coba melihat apa yang terjadi di Grup WA kawan-kawan penggemar transportasi. Ternyata semalam, si Faishal (Roda-Sayap) sedang menuju ke Surakarta menggunakan Bus Sugeng Rahayu W7197UZ. Saya ingat bahwa akhir pekan ini memang beberapa rekan-rekan Railfans di grup mengadakan acara Jalan-Jalan bersama Lok Uap di jalur Purwosari – Solo Kota, dan dia kalau tidak salah memang menjadi salah satu peserta. Saya coba membalas dengan memfoto interior bus 7218UP, namun belum ada balasan, mungkin masih tidur.

Sepanjang perjalanan Surakarta – Klaten, memang bus relatif berjalan di lajur kanan. Namun kalau dibilang laju bus cepat pun tidak juga, mungkin karena efek jalan Surakarta – Jogjakarta yang semakin padat. Terlebih lagi, hari ini merupakan rangkaian libur panjang. Memasuki Jalan Bypass Klaten, selepas Terminal Ir Soekarno, Bus mencoba mengambil lajur kiri jelang Palang Kereta Api Krapyak. Namun akibat salah perhitungan, bus pun sempat menyenggol plang hotel yang menjorok ke jalan raya.

Bus terus melaju kearah Jogjakarta, hingga akhirnya sampai di depan Juru Supit Bogem, Prambanan, ketika notifikasi Whatsapp berbunyi. Ternyata, Faishal membalas hanya dengan komentar “yeuh”. Bersamaan dengan itu, nampaknya penumpang disebelah saya sudah terbangun. Entah kenapa saya refleks melihat ke penumpang itu dan…sebentar…

Kenapa penumpang ini nampak tersenyum dibalik masker?

Eh…kok kayaknya kenal ini penumpang..

NDILALAH

Ternyata penumpang sebelah saya ini tak lain dan tak bukan adalah Faishal itu sendiri *nyengir

Sungguh Komedi di Sabtu Pagi, dengan bantuan masker dan protokol kesehatan tentunya. Jadi semalam saat Faishal menuju ke barat, ternyata ia dioper ke unit 7218UP di Terminal Anjuk Ladang,Nganjuk karena 7197UZ sepertinya hendak istirahat/perpal. Sisa perjalanan sampai di Terminal Giwangan,Jogjakarta pun hanya berisi obrolan bis-bisan dan tentunya hahahihi..masih ga percaya kok bisa-bisanya satu bus tanpa janjian.

Jarum jam menunjukkan 07.13. Untung juga sih ada Faishal yang lebih tau seluk-beluk Terminal Giwangan. Jadi tidak banyak nyasar dan tahu titik-titik mana saja yang enak untuk berburu bus-bus di terminal ini. Selepas “panggilan alam” yang nampaknya sedikit dibantu oleh sekaleng susu steril, nampaknya pagi itu jalur keberangkatan bus di Terminal Giwangan masih sepi cenderung tidak ada bus. Hanya jalur Purwokerto yang diisi oleh Bus Mulyo, sementara jurusan Magelang / Semarang pun masih kosong. Kami pun berpindah ke titik kedatangan bus sambil memantau Bus jurusan Magelang yang akan saya tumpangi.

Jepretan Faishal

Bus-bus dari Surabaya dan Jakarta bergantian masuk terminal. Namun tidak untuk bus-bus ekonomi jurusan Surakarta, Magelang, dan Purwokerto. Sebenarnya bus jurusan Magelang – Semarang sudah ada yang melintas, namun bus tersebut adalah bus ¾ AC, sementara yang saya incar adalah bus besar baik AC maupun non AC. Sekitar pukul 08.17 muncul lah Bus PO Sumber Waras Putra jurusan Magelang. OK sepertinya saya akan ke Magelang dengan bus ini. Tapi, ternyata bus ini justru memilih parkir di belakang jalur keberangkatan, dan justru mempersilahkan bus ¾ lainnya yang datang di belakang untuk mengisi jalur keberangkatan.

Setengah jam kemudian, datang Bus Mustika ekonomi jurusan Magelang.

Nah, berhubung bus besar lainnya sudah datang, mungkin si Bus AC ini akan masuk ke Jalur Keberangkatan, karena mesin bus sepertinya sudah dinyalakan lagi. Bus bergerak…..

…Mundur?!?

Yah..ternyata bus kembali mundur karena yang akan mengisi jalur keberangkatan adalah Mustika terlebih dahulu. OK, yaudah naik Mustika aja deh, non AC juga nggak apa-apa daripada kesiangan. Saya pun meninggalkan Faishal di Giwangan yang masih bertanya-tanya kemana bus PO Sedya Utama dari Surakarta? Tumben di sepanjang perjalanan dan di terminal tidak nampak. Jam 9 bus pun berangkat meninggalkan Terminal Giwangan. Saya memilih duduk di belakang supaya tidak panas terpapar matahari dan mendapatkan angin dari pintu belakang. Sepanjang Jalan Lingkar menuju Terminal Jombor di utara, bus melaju dengan kecepatan yang lumayan. Di sini saya ditarik ongkos IDR 15 ribu sampai Magelang.

Bus memasuki Terminal Jombor sekitar jam setengah 10, dan ternyata di jalur sudah ada Bus ¾ AC yang sebelumnya berangkat lebih dahulu dari Giwangan. Yak ternyata di sini sepertinya bus menunggu penumpang dengan sistem “dorong”, artinya bus baru akan berangkat apabila bus di jam belakangnya sudah datang. OK..kita tunggu saja. Kali ini pertolongan ransum datang dari Bapak penjual arem-arem dan lumpia..sepertinya isi bengkoang dan sayur karena tidak terdapat bau khas rebung.

Bus pun siap berangkat kembali karena bus jam belakang nya sudah datang…yang ternyata adalah Bus Sumber Waras Putra AC yang tadi mundur terus. Bus berjalan keluar terminal..kembali ke Jalan Magelang…dan ternyata ngetem kembali. Waduh..masih kurang ngetem di dalem terminal. Di sini ternyata bus ngetem cukup lama. Menurut hasil tanya ke rekan lain nya, Pak Bowo, ya..untuk Jalur Jogjakarta – Magelang, waktu yg ditempuh kurang lebih 1,5 jam. Tapi sepertinya itu tanpa ngetem. Kalau ditambah ngetem jadi berapa jam ini??

Setelah sekian lama ngetem dengan tambahan penumpang tidak lebih dari 5 orang, mendekati jam setengah 11 bus akhirnya berangkat kembali menuju Magelang…dengan santai. Okupansi penumpang yang masih belum membaik membuat bus kembali berjalan merayap di Sleman. Pikiran saya udah mulai tidak karuan, 1 jam sudah dihabiskan tapi bus masih belum meninggalkan wilayah Yogyakarta, sementara dari arah berlawanan sudah mulai lewat bus AC Ekonomi lainnya jurusan Magelang – Jogjakarta. Apa cukup waktunya ya nanti di Magelang dan kembali Ke Giwangan?

Bus baru benar-benar jalan mengejar waktu saat berada di Tempel dan melintas Jembatan Krasak untuk memasuki wilayah Propinsi Jawa Tengah. Memasuki wilayah Muntilan, tampak pemandangan khas jalan 1 arah di kota-kota kecil, dengan pertokoan yang masih bernuansa klasik. Saya sudah lama tidak melintasi wilayah ini, apalagi di waktu tengah hari. Dengan menggunakan mobil pribadi, nampaknya terakhir lewat sini di tahun 2006 (itu pun sore hari), sedangkan dengan moda transportasi bus, itu pun jauh sekali..sekitar tahun 1999. Sempat sih tahun 2012 bareng rombongan kampus lewat sini saat berkunjung ke Borobudur, tapi saat itu saya tidak terlalu memperhatikan jalanan. Melintasi Terminal Dr Prajitno, Muntilan yang sangat lenggang dan jauh dari suasana terminal bus, Bus melanjutkan perjalanan menuju kota Magelang.

Armada Town Square alias ARTOS beserta deretan bangunan dan papan nama bertuliskan “ARMADA”, sebuah grup usaha setempat yang ternama dalam bidang perakitan otomotif, menandakan bus ini memasuki wilayah Mertoyudan, Magelang. Kondektur membagikan karcis ke beberapa penumpang kecuali saya. Pikir sekaligus tebak saya saat itu karcis diberikan untuk penumpang tujuan Bawen sampai dengan Semarang. Bus berbelok menuju jalan lingkar kota Magelang. Tidak lama kemudian bus berbelok ke kanan, dan sampailah kami di Terminal Bus Tidar, Kota Magelang, sekitar pukul 11.40 WIB, kurang lebih 2,5 jam dari Giwangan. Di terminal ini, bus berhenti sejenak di jalur parkir Semarang untuk menurunkan penumpang dan mengoper penumpang jurusan Semarang. Ya, bus parkir di jalur jurusan Jogjakarta. Tepat seperti beberapa informasi dari Pak Bowo dan rekan-rekan lainnya :

…bayar sampe Magelang dulu, karena biasanya di Magelang juga dioper lagi, kecuali kalo naik nya Patas yang langsung Semarang.”

Ingatan kembali ke tahun 1999, tidak jauh dari berlangsung nya Pemilu.

///

Saat itu, entah karena alasan apa, saya dan kedua orang tua terpaksa pulang kembali ke Jakarta dari Klaten secara estafet menggunakan bus. Oom saya yang saat itu masih berkuliah di Jogjakarta mengantar kami (masih) ke Terminal Umbulharjo. Gagal mendapatkan bus ke Jakarta, Oom menyarankan kami melanjutkan perjalanan via Semarang. Kami pun menunggu di jalur parkir bus Semarangan. Saat itu banyak terparkir bus-bus ekonomi jurusan Semarang yang sepertinya baru hari itu saya lihat, seperti Sumeh, Sumber Waras, Trisulatama, dan Ramayana unit Jogja-Semarang yang berlivery hitam-siluet senja kota. Saya bingung kenapa tidak langsung naik ke salah satu bus itu, padahal itu deretan bus jurusan Semarang. Oom saya hanya menjawab “nanti..bus nya bukan yang itu”. Kemudian datanglah 2 bus Nusantara PATAS AC berwarna putih dan hijau-perak tujuan Semarang (atau mungkin sampai Kudus). Oom dengan gesit bersaing dengan penumpang lain untuk mencari bangku, dan kami dapat duduk di bangku paling belakang di bus berwarna hijau-perak. Kami menumpang bus itu sampai ke Terminal Terboyo, Semarang.

///

22 tahun kemudian, saya baru mengerti mengapa saat itu Oom saya mencarikan bus Patas Semarangan : bebas transit / oper di Magelang.

Mengamati situasi terminal yang sepi ini, terlihat Terminal Tidar masih cukup mempertahankan kondisi bangunan terminal yang klasik : Lapangan aspal yang luas, bangunan terminal yang melingkar di 4 sisi, bus-bus yang terparkir menghadap bangunan, kios-kios yang berisikan Agen Travel sebagai loket bus. Kalaupun ada sentuhan hal yang baru di terminal ini, mungkin hanyalah tanda nama papan Terminal Tidar Magelang yang sekarang sudah berwarna Biru-Kuning khas Kementerian Perhubungan, dan pintu keluar bus yang entah sejak kapan sudah dinonaktifkan dan saat ini menggunakan jalur yang sama di sebelah pintu masuk terminal.

Saya pun bingung kegiatan seperti apa yang dapat saya lakukan disini. Mau hunting bus, tapi sepi. Mau buat konten terminal namun harus mulai dari mana. Belum puas mengamati terminal dan mencari tempat untuk makan siang, masuk Bus Maju Lancar AC Ekonomi jurusan Jogjakarta, AB7697CD “Abhiseva”. Wah, udah datang nih bus nya. Saya potret sebentar kemudian masuk dan duduk di bangku tengah. Namun lagi-lagi saya kecele. Tunggu-punya-tunggu, ternyata bus di sini ngetem kurang lebih setengah jam. Saat liat ke arah jendela belakang, terlihat ada sebuah Bus Patas Ramayana sedang menaik-turunkan penumpang di pintu masuk terminal. Mau turun, tapi masih ragu itu bus jurusan Jogjakarta atau Semarang ya? Selain itu juga posisi tempat bus saya dan pintu keluar pun cukup jauh, entar udah lari-lari eh ditinggal. Ah tau seperti ini, tadi makan dulu di salah satu kios terminal. Mencoba mengganjal perut lagi-lagi dengan Arem-Arem yang dijual, namun sedikit kecewa karena meskipun Arem-Arem nya masih anget cenderung panas, ternyata arem-arem nya bukan daging atau sambal goreng, tapi isinya tempe….

Sekitar jam 1 siang, setelah kembali sempat ngetem di pintu keluar terminal, Maju Lancar Abhiseva melanjutkan perjalanan ke Jogjakarta. Berkebalikan dengan waktu berangkat, kali ini bus berjalan relatif cepat, mungkin karena kondisi bus pun sudah cukup penuh sehingga tidak perlu lagi mencari-cari tambahan penumpang. Lalu lintas sendiri cenderung lancar saat melewati Muntilan dan kembali masuk Jogjakarta lewat Krasak. Lepas Tempel, tiba-tiba bus berbelok ke kanan melalui jalan yang lebih kecil tapi sepertinya sering dilewati kendaraan besar. Waktunya japri Ricky “HOTELRIKI” yang juga cukup khatam wilayah Sleman dan sekitarnya

oh mau motong jalan langsung ke Gamping kayaknya itu

/ *nggak kok ini udah mau ke balik ke arah Jalan Magelang lagi..tadi dibelokin sama orang macam Supeltas gitu

/”ooh brati Cuma ngindarin Sleman City Mall doang itu pak..biasa kalo Sabtu suka macet

SABTU

O iya lupa..Hari ini Hari Sabtu. Yang udah-udah Jalan Surakarta – Jogjakarta bakal lebih padat dari biasanya. Wah kalo nggak buru-buru bisa kesorean sampe Tirtonadi lagi. Sekitar jam 2 siang, bus sudah sampai di bunderan Jombor, masih dibutuhkan sekitar 30 menit lagi untuk memutar ke selatan sampai ke terminal Giwangan. Setelah ditambah isi solar di Ring Road Selatan, Jam 2.39 akhirnya Abhiseva tiba di jalur kedatangan Terminal Giwangan. Turun dari Abhiseva, saya langsung berpindah kembali ke jalur keberangkatan, yang masih sepi, sementara didepan nya sudah berjejer beberapa bus tujuan Jakarta yang….ah di Jakarta juga ada, ngapain hunting dia lagi..

Dengan sisa-sisa rasa lapar dan haus, langsung menuju ke Shelter keberangkatan bus Suroboyoan. Tadinya mau ngaso sebentar sambil cari makan. Namun dengan memperhitungkan waktu tempuh, kayaknya mending langsung estafet balik ke Surakarta aja. Ada 1 Buis MIRA dan 2 SUGENG RAHAYU yang terparkir. Biasanya sih saya lebih memilih Sugeng Rahayu dengan bangku biru nya. Namun kali ini, biar nggak penasaran, saya memilih untuk naik Mira – yang kebetulan memang jam nya lebih dulu berangkat dibanding Sugeng Rahayu. 14.53 WIB, Mira membawa saya keluar dari Terminal Giwangan menuju Surakarta, meninggalkan 7 Jam antara Yogyakarta dan Magelang yang terbuang sia-sia tanpa hasil.

Di tengah perjalanan menuju Surakarta, melintaslah 1 unit Bus kecil ¾ “cadangan” milik PO Suharno dari arah Surakarta menuju Yogyakarta, sama seperti saat kemarin ketemu di sekitar Balekambang.

Dan saya pun tersadar, kemunculan bus ¾ Suharno kemarin itu – suatu hal yang jarang terjadi karena biasanya unit cadangan yang jalan adalah unit Bis besar kelas ekonomi –  , adalah pertanda untuk rangkaian perjalanan hari ini yang benar-benar “sepi”…..


***bersambung

Tinggalkan komentar