Oase Kecil Di Padang Pasir : Review Indomie Rasa Tengkleng
Awal 2019
Masih seperti kebiasaan, jikalau masuk ke minimarket untuk sekedar ngambil duit atau pun beli minuman botolan, pasti mampir ke rak-rak mi instan. Sekedar pengen liat apakah kali ini ada yang menarik. Tapi di awal tahun ini rasanya membosankan sekali. Hampir tidak ada varian mi instan yang menarik perhatian untuk dicoba. Ditambah lagi pengaturan layout minimarket langganan dekat rumah yang berubah (rak mi instan digeser ke belakang, bertukar dengan sabun) membuat rasanya malas untuk membuat ‘noodle review’ lagi. Awal tahun pun dimulai dengan lebih banyak eksperimen masak sayur dan pasta.
Masih di awal tahun, sebuah pesan masuk lewat WA..ternyata dari HOTELRIKI..
“Di Jabodetabek ada Indomie Tengkleng ga?”
….
Gapake lama buat mikir :
BAWAIN!!
Nah
Setelah dilanda kebosanan berkepanjangan akhirnya ada juga bahan buat review kali ini, yang ternyata harus ‘diimpor’ dari Jawa Tengah. Ya, seperti beberapa tulisan sebelumnya, Indomie memang merilis varian rasa kearifan lokal, namun pemasaran nya pun dilakukan secara regional, bukan skala nasional. Maka sebagai warga Pulau Jawa bagian barat, akan sulit sekali menemukan varian mi rasa Tengkleng ini, kecuali beli di daerah Jawa Tengah.
Setelah menunggu 2-3 minggu dikarenakan saya ada urusan penting ke Jawa Tengah (lah gimana ini? Sebenernya memang ada rencana nyari juga tapi entah kenapa malah lupa dan ga sempet juga), akhirnya kemaren transaksi barang ‘selundupan’ ini sukses dilakukan di Terminal Pulogebang. 2 bungkus Indomie Tengkleng berpindah tangan.
Dan hari ini salah satunya akan kita coba…he he he
Ini dia..
Indomie Rasa Tengkleng : “Khas Jawa Tengah”
Dilihat dari kemasannya memang ini dibuat oleh unit produksi di Semarang, Jawa Tengah. Warna merah gelap (Maroon/Burgundy?) mendominasi kemasan.
Dengan harga yang relatif sama..sekitar 2000-an ,ukuran nya pun sedikit lebih besar dari Soto Mie (70) dan Kari Ayam (72) :
75 gram
Di bungkus belakang bagian komposisi, pada minyak bumbu terdapat bumbu tengkleng sedangkan bumbu bubuk terdapat protein bertekstur…menarik..
Eksperimen kali ini agak sedikit berbeda dalam proses masak nya :
- Perebusan menggunakan air mineral sebanyak 2 gelas
- Mi instan direbus dalam air mendidih selama 2 menit, lalu api dimatikan, mi didiamkan dalam panci panas selama 30 detik, baru dituang ke mangkuk
- Bumbu dan minyak dituang setelah mi dituang
- Tanpa bahan tambahan (Telor,Daun Bawang,Suwiran Ayam,Nasi)
Air telah mendidih, kita masukan mi dan rebus selama 2 menit
Pada bagian bumbu, terlihat kemasan bumbu model baru
Terlihat kandungan bumbu Tengkleng pada minyak
Sudah 2 menit, kita matikan dan biarkan mi dalam panci panas selama 30 detik (hemat gas)
Tuang kedalam mangkuk dan tambahkan bumbu
Siap dicoba
Sebagai perbandingan, secara wujud Tengkleng masih serumpun dengan Gulai. Hanya saja, Tengkleng berisi tulang berdaging dan kuah nya lebih encer dibanding Gulai. Secara citarasa bisa dibilang hampir sama.
Dan inilah yang terjadi saat menyeruput kuah nya. Sekilas malah mirip dengan Kari Ayam. Setelah dicicip bareng kuah dengan mi nya yang kecil-kecil itu, baru terasa sedikit lebih pedas dibandingkan dengan kari. Rasa pedas di Mi Tengkleng ini ada 3 sumber:
- Cabai bubuk
- Lada bubuk pada bumbu
- bumbu tengkleng pada minyak bumbu.
Oh ya, ada sedikit Protein bertekstur yang turut mengembang bersama kuah
Secara keseluruhan, Mi Tengkleng ini…
masih kurang khas sih…
belom terlihat pembeda nya dengan varian rasa mi kuah lainnya. Masih tersamar dengan rasa lainnya. Kurang Kuat. Namun untuk sekedar variasi rasa, masih menarik untuk dicoba ditengah-tengah monoton nya variasi produk mi instan kuah khususnya di Jakarta
70/100 lah