The 20th Long Road To Java : The Normal Tour (1)

Minggu pertama bulan February 2022

*Selamat Siang,Bu..mohon ijin saya mau ambil cuti untuk tanggal 21-23 Februari 2022

/ “Ok..lu koordinasi dulu sama tim lu ya!

              Begitulah kira-kira adat istiadat di tempat kerja saya dalam mengajukan cuti. Tidak terlalu rumit memang, asalkan kalau bisa tidak mendadak dan koordinasi dengan rekan tim. Berhubung pergantian tahun 2022 sampai dengan bulan Januari saya kebagian “jaga kandang”, kali ini waktunya mengambil jatah cuti untuk melakukan ritual “Bis-Bisan ke Surakarta”, suatu kegiatan yang sebenarnya terakhir kali saya lakukan tidak dalam waktu yang lama..sekitar awal November 2021. Seperti biasanya, ritual ini selalu membawa tema atau misi yang berbeda-beda, dan kali ini perjalanan tersebut mengambil tema :

THE NORMAL TOUR

Kok “Normal”?

Emang selama ini perjalanan nya aneh-aneh atau gak wajar kah?

Begini, saya mungkin bisa menjelaskan panjang dan lebar menjawab pertanyaan..

 “Kenapa lu sering banget..”

atau

“Kenapa selalu jalan-jalan..

atau

Ada apa (dan siapa) di Surakarta sampai lu ga bosen kesana?

Tapi jika saya dilempar pertanyaan…

Eh bis yang enak kalau mau jalan-jalan ke Surakarta/Solo apa ya?

saya akan sulit sekali menjawab pertanyaan yang sebenarnya terlihat mudah untuk dijawab oleh orang yang menggemari moda bus atau sebagai busmania

Pertama, meskipun saat ini layanan Bus Malam sudah bervariasi dengan banyak fasilitas kekinian yang ditawarkan, rata-rata portofolio bis yang selama ini saya tumpangi adalah bus-bus dengan pelayanan yang konservatif. Sebenarnya standar apabila anda sering menggunakan Bus Malam / Bus Antar Kota Antar Propinsi (AKAP), tetapi bisa jadi jauh di bawah gambaran atau standar mereka yang tidak biasa menggunakan angkutan Bus. Khawatirnya karena standar dan persepsi yang berbeda, awal perjalanan mereka menjadi tidak menyenangkan dan berefek pada keseluruhan kegiatan di tempat tujuan.

Kedua, soal percaya diri dan trauma : sekali peristiwa saya menyarankan orang tua untuk menggunakan Bus milik PO ternama dan “Legendaris” menuju Surakarta. Saya menyarankan PO tersebut bukan karena pernah menggunakan, tetapi berdasarkan review dan kesan-kesan rekan komunitas yang saya baca di forum. Apa mau dikata, kala itu orang tua saya mendapatkan salah satu bus yang bukan merupakan unit terbaik dan mengalami kendala di perjalanan.

Secara singkatnya :

Oleh karena saya biasa menggunakan bus yang cenderung “konservatif” dengan segala keunggulan dan keterbatasannya, saya belum memiliki referensi bus AKAP kekinian (modern) yang bagus dan nyaman untuk penumpang “pemula”.

Hal ini yang membuat saya memutuskan bahwa kali ini perjalanan ke Surakarta harus menggunakan bus-bus yang terbaru, supaya bisa memberikan saran dari pengalaman sendiri kepada orang-orang yang bertanya. Jadi saran yang diberikan ya cukup valid.

-pesan dikirimkan ke grup tim kerjaan

Hah? Serius lu mas cuti tanggal 21-23?

/ *Iya..kenapa emang?

/“Yah gw mau cuti juga mas tanggal segitu..cuti Nikahan

/*lho..udah bilang ibu? Bilang gih kalo belom

/”Belom mas..iya deh saya bilang dulu

Aduh

Untung belum sempat pesan sana-sini, jadi masih ga repot banget untuk pindahin jadwal. Setelah rembukan dan negosiasi dengan Ibu Bos, ok perjalanan kali ini diundur menjadi 24 – 27 Februari 2022. Terpaksa harus ubah rencana perjalanan karena bergeser menjadi di akhir pekan..yang menjadi Long Weekend karena Senin tanggal 28 nya adalah hari libur. Sekilas jadi teringat The Long Tour To Java edisi ke 16 yang terpaksa bergeser juga karena perkara pernikahan rekan sejawat.

Tapi bedanya untuk edisi kali ini, pergeseran jadwal ini merubah hampir semua rencana….


Perjalanan Bagian 1 : Bekasi – Surabaya

24 Februari 2022

Sore

Sebenernya agak berat juga hari ini untuk melakukan perjalanan, karena saat itu kondisi orang tua di rumah sedang tidak baik-baik saja, lebih tepatnya masih dalam pemulihan kondisi kesehatan. Tapi ya akhirnya mereka memberikan restu dan berangkatlah hari itu menggunakan taksi ke titik awal perjalanan hari ini :

Jalan HM Joyomartono, Bekasi Timur.

Dari deretan agen bus-bus AKAP di daerah Bulak Kapal itu, pilihan jatuh pada PO Harapan Jaya, si “Kuda Tulungagung” sebagai bus “Normal” untuk perjalanan ke Surabaya..

Agen PO Harapan Jaya, Bulak Kapal – Bekasi Timur

bentar-bentar..kok ke Surabaya? Katanya Surakarta

Iya bener kok..

Bekasi – Surakarta via Surabaya

lah kok muter? Dimana-mana normalnya mah Bekasi..Surakarta..baru Surabaya

Justru itu, berdasarkan hasil tanya sana-sini dan pengamatan, kalau ingin merasakan pelayanan yang lengkap atau full ala Bus Harapan Jaya (dapat 1x Makan Malam dan 1x Snack Pagi), “Normal” nya ya naiklah dari Jabodetabek sampai wilayah Jawa Timur (termasuk Surabaya). Sebenarnya ada beberapa PO yang bisa dipilih untuk rute Bekasi/Jakarta – Surabaya ini, karena Harapan Jaya sendiri terhitung masih baru untuk melayani rute ini. Tapi justru karena baru dan dapet 2x makan inilah yang menjadi alasan utama memilih si Kuda Tulungagung.

Selembar tiket kelas Eksekutif – DD alias Double Decker (yak betul..bus tingkat) senilai IDR 300 ribu sudah dipesan jauh-jauh hari sambil berharap armada incaran yang akan datang. Setelah laporan kepada agen bus, saya kembali menunggu di luar sambil membeli beberapa logistik air untuk menunggu dan untuk di perjalanan. Bus merek dan jurusan lain datang dan pergi dari agen yang lahan parkirnya kurang lebih seperti halaman rumah, namun ajaibnya muat untuk digunakan parkir oleh bus-bus malam termasuk si bus DD. Namun bus belum juga datang meskipun menurut jadwal seharusnya pukul 17.30 bus sudah tiba. Seorang teman, Adit ‘Alap-Alap’ mengirim pesan setelah melihat status “Cuti” di whatsapp saya..

(ON LEAVE 24-25 FEB 2022)

Wah (pergi) jauh nih

/ *BEKASI (digocek dulu)

/ “Padahal 5 hari itu libur, gw kira AKAP

FYI…selain nama Perusahaan Otobus, Harapan Jaya adalah nama kelurahan di Bekasi..ga salah kan? :p

Pukul 17.43 terdengar aba-aba tukang parkir kembali “membersihkan” area parkir..yak datanglah Bus yang akan mengantarkan saya sebagai bus dengan kode SB06 menuju pool Medaeng, Surabaya.

Sesuai Incaran

H573 dengan julukan “Bodronoyo” dan sesuai dengan incaran saya : Bus Scania K410IB bermodel Legacy SR2 Double Decker buatan Karoseri Laksana. Secara penampilan, bus ini berbentuk kotak tegas menjulang, namun tetap memiliki kesan estetik dari permainan garis-garis pada samping badan bus. Ransel berselimut magenta andalan segera saya bawa menuju kursi 1 D, paling depan, dan…wah ternyata penuh juga ya bus ini. Padahal waktu pesan seminggu lalu, masih kosong sehingga agen – yang sepertinya tahu bahwa saya golongan penumpang “busmania” – masih menawarkan untuk duduk dapat bangku paling depan.

Jam 18.00 Bus berangkat meninggalkan Agen Bekasi Timur menuju Tol Trans Jawa ruas Jakarta – Cikampek. Seorang bapak penumpang 1C – kursi sebelah – mencoba membuka percakapan, yang nampaknya memiliki banyak cerita menarik. Bapak ini ternyata adalah seorang pensiunan pegawai BPN dari Sidoarjo yang akan kembali pulang dari pemakaman sanak familinya di Jakarta. Beliau bercerita bahwa kemarin saat harus ke Jakarta dan kehabisan bus, ia terpaksa menggunakan bus seadanya dari Surabaya malam itu dan baru sampai jam 5 sore di hari berikutnya. Saya sudah menduga bus apa yang digunakan..

*Bapak naik bus apa pak? M****E U***A ya?

/”Bukan nak..itu..I***H M***I kalo ga salah

(gak yakin karena yang disebut adalah nama bus Bogor-Jakarta dan sudah tidak beroperasi)

*aaa….S**I I***H ya?

/”Nah iya itu dik… S**I I***H

Yah..bus yang disebut sebenarnya memang sudah terkenal pelayanan nya yang buruk, bahkan belum lama ini sempat viral kembali karena membuat sebagian besar penumpangnya terlantar sebelum berangkat. Tapi bagaimana ya, namanya juga udah kejadian ya udah lah. Makanya Bapak ini akhirnya memilih Harapan Jaya berdasarkan saran dari keponakan nya. Beliau berbagi cerita banyak hal, mulai dari perjalanan hidup nya sejak lulus sekolah di awal tahun 80an, soal pengalamannya menyiapkan tanah untuk program transmigrasi, awal berumah tangga, sampai pengetahuan soal mengurus hak milik saat membeli tanah atau rumah. Lumayan juga membunuh waktu ditengah-tengah jalan tol yang pemandangannya sudah diluar kepala, sambil menunggu..

..eh ini ada snack nya nggak sih?

Bus kembali keluar tol di Cikarang untuk mampir mengangkut penumpang di agen yang tak jauh dari gerbang tol Cikarang. Bapak ini kembali bertanya kenapa bus ini banyak sekali berhenti. Usut punya usut dan coba merunut dari pengamatan pra perjalanan, ternyata bus ini mengawali perjalanan dari pool Pondok Cabe..lalu melaju ke timur sambil menghampiri beberapa agen di (mungkin) Pondok Pinang, kemudian Pasar Rebo (tempat si bapak naik), sepertinya Jatiwarna (“….keluar tol sebentar..trus lurus..masuk lagi”), Terminal Pulo Gebang, Bekasi Timur (tempat saya), dan kemudian Cikarang.

*Cikarang ini terakhir pak jemput penumpang…abis ini berenti lagi ya makan

/ “Oh gitu dik..? Tadi yang paling lama berhenti diitung-itung ya di Bekasi Timur itu sih

Jelas saja, ada banyak kargo yang dimuat dari sana…

Kurang lebih 1,5 Jam perjalanan (dan tidur) dari Cikarang, bus melipir masuk ke Rest Area KM102, tempat dimana terdapat setidaknya 3 Rumah Makan tempat Bis AKAP beristirahat, salah satunya adalah Rumah Makan Taman Sari. Terhitung ini adalah kali pertama saya berhenti di rumah makan ini, dan kabar baiknya, setelah berbagai kritik dan masukan, sepertinya rumah makan ini berbenah untuk memberikan pelayanan yang lebih baik. Saya segera turun dan menukarkan kupon makan sambil melihat apa saja yang disajikan malam itu. Sebenarnya tidak wajib untuk mengambil semua hidangan yang tersedia (kecuali 1 pos lauk utama, harus pilih dan diambilkan 1 potong)…

  • Nasi putih
  • Terong gelap (saya tidak yakin itu dimasak dengan bumbu apa)
  • Bihun Goreng
  • Sayur Kari Sayuran
  • Lauk utama : Gulai Ayam (yang saya pilih) / Lele Goreng / Telor Asin
  • Teh Manis Panas
Servis Makan Malam @ RM Taman Sari KM102

Sangat bersyukur kali itu karena saya mampir setelah semua cerita horror itu berlalu. Teh yang disajikan pun benar-benar seduhan teh, bukan sekedar minuman berwarna teh. Soal makanan, sangat puas kali ini dengan makanan yang disajikan, bahkan Terong yang saya masih belum yakin itu dimasak ala apa, nikmat saja berpadu dengan kuah kari dan bumbu Ayam yang empuk baik saat digigit maupun dibelah dengan sendok. Apa karena faktor bis yang saya tumpangi? Entahlah, yang jelas ada harga ada rupa.

Ritual foto-foto juga tak lupa dilakukan setelah makan dan ke toilet. Namun beberapa bus incaran (termasuk si Bodronoyo ini) justru parkir saling berjejeran, sehingga sulit untuk diabadikan.

20.19 WIB Bodronoyo kembali diberangkatkan menuju Surabaya, sambil menerka-nerka akan berhenti dimana saja bus ini selanjutnya, dan juga berharap tidak banyak titik penurunan penumpang kali ini agar perjalanan tidak terhambat. Kru nampak menghampiri seorang penumpang yang nampaknya akan turun di Ngawi..

mas nya turun di Ngawi sebelah mana?

/”Ngawi lama bisa pak?

/”Ndak pak..paling Ngawi Baru trus masuk tol lagi

/”oh ya sudah Ngawi Baru ndak apa-apa

/”..atau ikut Sarapan dulu di Duta, nanti baru turun?

/”oh mampir Duta ya? Ya sudah saya ikut Duta dulu

Hmm..kali ini perjalanan benar-benar normal ala Harapan Jaya : Berhenti istirahat kedua di Rumah Makan DUTA, Ngawi. Agak was-was juga karena berdasarkan pengalaman teman lainnya, Fajar Mbek (yang tak lain dan tak bukan kompatriot nya Adit Alap-Alap), bus tidak mampir ke Duta dan dibagikan snack sebagai kompensasi, dan Bus sampai di Medaeng jam 5.15 menit. Jika mampir Duta, sampai Medaeng jam brapa ya?

Lepas makan malam, perjalanan diisi dengan tidur dan hanya terbangun di beberapa titik saja, seperti saat tiba-tiba hujan deras saat memasuki Cirebon, dan saat harus keluar tol di Weleri untuk berhenti di Rumah Makan Sari Rasa sebagai check point, dan kemudian PUTAR BALIK untuk isi solar dan kembali masuk di Tol Weleri..hal yang lagi-lagi “normal” tetapi cukup memakan waktu setengah jam. Saya sudah tak ingat lagi jam berapa saat bis sudah terlihat memasuki Tol Semarang..

25 Februari 2022

Jalan Tol dengan pembatas yang luas adalah pemandangan yang terlihat saat kembali bangun dan melihat jam menunjukkan pukul 02.10 menit. Melihat papan penunjuk jalan dan sebuah tiang jembatan, ternyata bus sudah memasuki…

Lho kok belok keluar? Wah ternyata bus keluar di Gerbang Tol Klodran dan memasuki Kota Surakarta. Sebenarnya titik penurunan penumpang Surakarta nya pun hanya di Banyuanyar, kurang lebih 150m dari Tol Klodran, namun agar tertib, bus terus memasuki kota menuju Terminal Tirtonadi (harusnya saya disitu nanti siang), keluar menuju simpang Joglo melalui Tugu Keris dan Nusukan, lalu masuk kembali lewat Gerbang Tol Gondang Rejo. Sebuah rute yang bisa ditempuh dengan cepat karena kondisi jalanan di pagi buta yang lenggang, namun mungkin karena postur bus yang tinggi, membuat bus dipacu dengan santai saja.

Terminal Tirtonadi

1 Jam kemudian bus kembali keluar di Gerbang Tol Sragen, kemudian melewati jalan lingkar yang kecil, dan menurunkan penumpang serta muatan kargo di dekat Terminal Pilangsari, kemudian bus meneruskan perjalanan ke Ngawi melalui jalan biasa via Mantingan. Memang praktis dibanding kembali lewat tol yang memutar. Tapi…jam 3 pagi masih di Sragen? Duh

Pelan tapi pasti, Jam 4 pagi bus memasuki Rumah Makan DUTA 1. Sebuah Rumah Makan yang ternama sebagai tempat istirahat beberapa bus AKAP di wilayah Ngawi. Menerka-nerka snack apa yang diberikan disini karena di Duta ini, yang terkenal adalah santapan Nasi Rawon nya. Pas menuju tempat makan..lho ternyata snack yang diberikan adalah pilihan set menu yang sama seperti saat mampir sebagai penumpang Bus EKA Cepat : Semangkok Nasi Rawon. Cuma bedanya, kali ini sistem di Duta berubah : penumpang datang ke masing-masing gubuk ala kondangan, lebih praktis dibanding sebelumnya dimana penumpang langsung duduk dan dihampiri oleh pelayan. Selain Nasi Rawon, ada menu lainnya seperti Nasi Opor, Nasi Pecel, Nasi Krengsengan. Tapi di kalangan penggemar dan penglaju bus di rute sini memang yang terkenal nasi rawon nya sih. Ditemani segelas teh dan siaran Liga Europa antara SS Napoli vs FC Barcelona, semangkok Nasi Rawon menjadi sarapan di pagi hari itu sambil berpikir apakah harus turun disini saja daripada ketinggalan bus untuk balik ke Surakarta?

Servis Snack Pagi @ RM Duta 1, Sidowayah – Ngawi

Untungnya saat kembali ke Bus, sayup-sayup terdengar percakapan antara kru dan penumpang tujuan Madiun : Penumpang Ngawi dan Madiun akan diturunkan di Terminal Kertonegoro (Ngawi Baru), karena bus dari Tol Ngawi akan berjalan nonstop via Trans Jawa sampai Surabaya. Sekitar jam 04.48 Bus kembali berangkat dari Rumah Makan Duta, lalu menuju Terminal Ngawi dan akan masuk tol kembali. Lega disini karena bus akan full melewati jalan bebas hambatan. Tapi pertanyaan selanjutnya : Seberapa cepat laju bus di jalan tol ini?

telat dikit udah ketutupan unit DD Blitar (perhatikan sorot lampu dari kiri)

Tepat jam 05.00 Bus memasuki Tol Ngawi dan melaju menuju Surabaya. Jalan Tol di pagi itu masih lenggang. Namun sepertinya ada yang aneh dengan laju bus ini. Berhubung tidak memasang aplikasi pengukur kecepatan di ponsel, terpaksa menghitung secara manual berapa detik yang dibutuhkan untuk mencapai 1 Km..lalu dikalibrasi kedalam kilometer per jam…

Eh..kok Cuma se..

Diulang, menghitung secara manual berapa detik yang dibutuhkan untuk mencapai 1 Km..lalu dikalibrasi kedalam kilometer per jam…

Masih ga percaya, cek waktu tempuh via Gmaps…astaga…

Kuda Tulungagung ini kembali menggunakan modus “Kuda Keraton” (seperti itu kira-kira yang disampaikan oleh Fajar Mbek saat dijapri soal kecepatan pagi itu) yang berjalan dengan tunak-tunuk cenderung anggun seperti cabang olahraga Equestrian nomor Tunggang Serasi. Prediksi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Medaeng adalah 2 jam, artinya pukul 7 pagi. Waktu yang benar-benar pas cenderung mepet untuk mengejar bus.

Perlahan-lahan matahari muncul dari pandangan, namun pekat nya kabut pagi itu membuatnya tidak terasa silau. Apa kabut ini yang membuat bus berjalan santai? Entahlah. Setelah Fajar Mbek tertawa karena sudah jam 05.43 posisi bus belom melewati Tol Bandar (exit menuju Simpang Braan Kertosono), kali ini giliran Adit Alap-Alap yang coba memantau posisi.

Berkabut

/ “Menurut sumber yang terpercaya anda sedang berada di atas Kuda Keraton

/ *mengapa demikian?

/”Karena mobil laen ( Bis Jakarta – Surabaya) mah jam segini udah pada sampe, bahkan udah ada yang puter balik

Saya cuma bisa nyengir doang, iya juga sih. Tersambung nya Tol Trans Jawa membuat persaingan di Industri Bus AKAP Jakarta – Surabaya (dan Malang) kembali menggeliat. Banyak pilihan perjalanan dari pagi, siang, sore, bahkan lepas jam kantor dan dapat sampai di Surabaya di pagi hari. Sementara itu … dari dalam bus yang saya tumpangi ini…terlihat bus tetap disiplin di jalur kiri sementara di kanan tersaji “balapan” bus trayek Kediri – Surabaya..antara 2 Bus PO Bagong dan…1 Bus…HARAPAN JAYA divisi AKDP (Antar Kota Dalam Propinsi). Duh seandainya Kuda AKAP Jakarta nya sama-sama Kuda Pacuan seperti bis jarak dekatnya….

Gerbang Tol Warugunung,Surabaya.
Di sebelah kanan ada unit Sugeng Rahayu Patas,
entah berhenti untuk masalah apa

Setelah ke Toilet dengan susah payah tapi agak brutal (maksudnya biar nggak membangunkan bapak 1 C yang masih tidur, eh malah bikin jatuh 2 HP yang lagi dicharge), dan mengganti alas kaki dari sendal dengan sepatu kanvas, Pukul 06.55 akhirnya bus tiba di Gerbang Tol Warugunung, yang berarti Selamat Datang Di Surabaya. Tapi perjalanan belum selesai, karena dari Warugunung bus harus keluar dan memutar di Waru, untuk kemudian masuk ke Jalan Taman dan berbelok kiri ke Jalan Letjend Soetoyo. Dan semua itu dilewati dengan santai. Sementara saya sembari merapikan tas dan muatan nya, pandangan tak lepas dari jalan raya melihat apakah ada tanda-tanda ojek yang dapat menyelamatkan saya menuju Bungurasih.

Jam 07.05, Harapan Jaya H573 Bodronoyo sebagai perjalanan SB06 tiba di tujuan akhir : Kantor Agen Medaeng, Sidoarjo, Jawa Timur.  Perjalanan selama 13 Jam (Kalau dari Ciputat mah lebih hitungan nya..tapi segini tuh Normal kah?) telah dilalui dengan selamat. Well..bagaimanapun mendapatkan bis yang diharapkan memang sungguh memuaskan sih (seperti hal nya November 2021 kemarin saat perjalanan Bandung – Wonogiri yang molor hingga 16 jam, tapi dapet bis incaran waktu itu : Bandung Express Euroliner). Saya segera bergegas turun dengan ransel dan tas selempang menghampiri 2-3 ojek aplikasi dan taksi.

*Pak…Bungurasih berapa?


***bersambung

Tinggalkan komentar